Dalam laporan yang diterbitkan di Journal of Social and Clinical Psychology bulan Desember lalu, ilmuwan menemukan bahwa ada jangka waktu akses media sosial yang dapat memperbaiki kesehatan mental seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitas Pennsylvania menyebutkan bahwa membatasi penggunaan media sosial hingga maksimal 30 menit tiap harinya dapat mengurangi rasa kesepian dan depresi.
Dilansir Telset.id dari The Huffington Post, para ilmuwan mengobservasi penggunaan media sosial di antara 143 mahasiswa pada dua percobaan yang berbeda. Percobaan pertama dilakukan di musim semi, sementara percobaan kedua dilaksanakan beberapa bulan setelahnya, yaitu di musim gugur.
Tim kemudian mengawasi penggunaan media sosial oleh partisipan selama satu minggu pada tiga platform yang berbeda, yaitu Facebook, Instagram, dan Snapchat, untuk mendapatkan tolak ukur. Selanjutnya, para ilmuwan mengukur kesehatan mental partisipan berdasarkan tujuh faktor: dukungan sosial, rasa takut akan kehilangan, kesepian, penerimaan diri, kepercayaan diri, kegelisahan, dan depresi.
Setelah itu, tim memisahkan partisipan menjadi beberapa grup dan melakukan eksperimen selama tiga minggu. Satu grup diminta untuk tetap menggunakan media sosial seperti biasa; grup lain diberi batasan untuk hanya menggunakan media sosial 10 menit untuk tiap platform per harinya. Kemudian, peneliti meninjau ulang kesehatan mental partisipan lewat tujuh kategori sebelumnya setelah eksperimen.
Ilmuwan menemukan bahwa ketika partisipan mengurangi penggunaan media sosial hingga 30 menit per harinya, mereka mengalami peningkatan kesejahteraan hidup yang signifikan dengan tingkat kesepian dan depresi yang berkurang.
“Rasanya sedikit ironis bahwa mengurangi penggunaan media sosial justru membuat Anda merasa tidak kesepian,” ujar pimpinan penelitian Melissa Hunt. “Beberapa literatur mengenai media sosial menyebutkan bahwa terdapat banyak perbandingan sosial yang terjadi. Ketika Anda melihat kehidupan orang lain, terutama di Instagram, mudah untuk menyimpulkan bahwa kehidupan orang lain lebih keren atau lebih baik dibanding Anda.”
Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada studi ini. Partisipan hanya menggunakan iPhone selama eksperimen karena perangkat tersebut dapat melacak dan menyediakan data penggunaan aplikasi media sosial secara objektif.
Penelitian ini juga hanya mengawasi mahasiswa yang menggunakan Instagram, Facebook, dan Snapchat, sehingga tidak mencerminkan pengalaman dengan platform media sosial lainnya. Tim peneliti juga tidak mengetahui jika temuan tersebut berlaku untuk orang-orang di kelompok usia yang berbeda.
Membatasi penggunaan media sosial merupakan pilihan yang realistis karena hampir tidak mungkin Anda melepaskan media sosial sama sekali. Penelitian sebelumnya pernah menemukan bahwa pengunaan Facebook yang berlebihan berkontribusi pada peningkatan depresi dan rasa kesepian, sementara studi tahun 2014 menunjukkan media sosial dapat menimbulkan perbandingan sosial yang berakibat pada penurunan kepercayaan diri.
references by telset
Dilansir Telset.id dari The Huffington Post, para ilmuwan mengobservasi penggunaan media sosial di antara 143 mahasiswa pada dua percobaan yang berbeda. Percobaan pertama dilakukan di musim semi, sementara percobaan kedua dilaksanakan beberapa bulan setelahnya, yaitu di musim gugur.
Tim kemudian mengawasi penggunaan media sosial oleh partisipan selama satu minggu pada tiga platform yang berbeda, yaitu Facebook, Instagram, dan Snapchat, untuk mendapatkan tolak ukur. Selanjutnya, para ilmuwan mengukur kesehatan mental partisipan berdasarkan tujuh faktor: dukungan sosial, rasa takut akan kehilangan, kesepian, penerimaan diri, kepercayaan diri, kegelisahan, dan depresi.
Setelah itu, tim memisahkan partisipan menjadi beberapa grup dan melakukan eksperimen selama tiga minggu. Satu grup diminta untuk tetap menggunakan media sosial seperti biasa; grup lain diberi batasan untuk hanya menggunakan media sosial 10 menit untuk tiap platform per harinya. Kemudian, peneliti meninjau ulang kesehatan mental partisipan lewat tujuh kategori sebelumnya setelah eksperimen.
Ilmuwan menemukan bahwa ketika partisipan mengurangi penggunaan media sosial hingga 30 menit per harinya, mereka mengalami peningkatan kesejahteraan hidup yang signifikan dengan tingkat kesepian dan depresi yang berkurang.
“Rasanya sedikit ironis bahwa mengurangi penggunaan media sosial justru membuat Anda merasa tidak kesepian,” ujar pimpinan penelitian Melissa Hunt. “Beberapa literatur mengenai media sosial menyebutkan bahwa terdapat banyak perbandingan sosial yang terjadi. Ketika Anda melihat kehidupan orang lain, terutama di Instagram, mudah untuk menyimpulkan bahwa kehidupan orang lain lebih keren atau lebih baik dibanding Anda.”
Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada studi ini. Partisipan hanya menggunakan iPhone selama eksperimen karena perangkat tersebut dapat melacak dan menyediakan data penggunaan aplikasi media sosial secara objektif.
Penelitian ini juga hanya mengawasi mahasiswa yang menggunakan Instagram, Facebook, dan Snapchat, sehingga tidak mencerminkan pengalaman dengan platform media sosial lainnya. Tim peneliti juga tidak mengetahui jika temuan tersebut berlaku untuk orang-orang di kelompok usia yang berbeda.
Membatasi penggunaan media sosial merupakan pilihan yang realistis karena hampir tidak mungkin Anda melepaskan media sosial sama sekali. Penelitian sebelumnya pernah menemukan bahwa pengunaan Facebook yang berlebihan berkontribusi pada peningkatan depresi dan rasa kesepian, sementara studi tahun 2014 menunjukkan media sosial dapat menimbulkan perbandingan sosial yang berakibat pada penurunan kepercayaan diri.
references by telset