Di Tanjungbalai Sumatera Utara pada Jumat malam (29/7/2016), ada oknum China Non Muslim berteriak mencak-mencak mendengar adzan dari masjid depan rumahnya, lalu masuk ke masjid langsung memaki mu'adzdzin dan imam yang sedang menunggu waku shalat. Akibatnya fatal, yaitu menyulut kemarahan warga muslim se-Tanjung Balai, sehingga rumah warga China dirusak dan beberapa Vihara dibakar,
Pasca peristiwa itu, jemaah dan nazir mesjid menjumpai M di rumahnya pada Jumat malam, 29 Juli 2016, sekitar pukul 20.00 WIB. Kepala Lingkungan mengamankan M ke Kantor Lurah karena situasi yang kurang kondusif." Karena saat itu suasana agak memanas, M dan suaminya diamankan ke Polsek Tanjung Balai Selatan," kata dia.
Setibanya di Polsek, kata Rina, polisi menggelar pertemuan dengan mengundang Ketua Majelis Ulama Indonesia, Ketua Front Pembela Islam, Camat, Kepala Lingkungan dan Tokoh masyarakat." Pada saat bersamaan massa mulai banyak berkumpul, yang dipimpin pemuda dan mahasiswa. Sekitar pukul 22.30 WIB konsentrasi massa bertambah.
Massa kemudian mendatangi rumah M di Jalan Karya dan berupaya membakarnya. "Namun polisi menghadang. Kemudian massa bergerak ke Vihara Juanda yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah Meliana. Vihara dilempari batu," kata dia
Keterangan yang diperoleh dari Kadek Rossoneri, Ketua KNPI Kecamatan Tanjungbalai Utara, saat ini Herlina diamankan polisi di Polres Tanjungbalai.
Informasi yang diterima Kadek, sikap perempuan tersebut bukan kali ini saja. Sebelumnya, di bulan Ramadhan, dia juga berulah dengan marah-marah saat suara adzan berkumandang di masjid.
“Yang saya dengar dia tidak mengalami gangguan jiwa. Normal dan sehat. Tak tau juga alasannya kenapa sampai marah-marah dengar suara adzan,” jelasnya.
Selanjutnya massa bergerak dan merusak sejumlah tempat ibadah di Pantai Amor yaitu vihara dan 3 klenteng."Massa juga bergerak ke Jalan Sudirman dan merusak klenteng. Kemudian massa merusak balai pengobatan dan klenteng." kata Rina. "Pukul 04.30 WIB konsentrasi massa sudah mulai membubarkan diri."
Adapun lokasi kerusuhan Tanjung Balai yang lain seperti:
- Jalan KS Tubun, sejumlah barang yang ada di dalam satu Klenteng dan sebuah bangunan milik Yayasan Putra Esa di Jl Nuri dirusak.
- Jalan Imam bonjol, sejumlah barang di daam Vihara terbakar.
- Jalan WR Supratman, bangunan Yayasan Sosial Tionghoa dan tiga unit mobil dirusak.
- Jalan Ahmad Yani, sebuah pagar Vihara dirusak.
- Jalan Ade Irma, sejumlah barang di dalam klenteng berupa peralatan sembayang (dupa, gaharu, lilin, minyak) terbakar.
Kabid Humas Polda Sumut, Rina Sari Ginting mengatakan, pembakaran lima vihara tersebut diduga dari keberatan salah seorang etnis Tionghoa, Meliana (40) yang merasa terganggu dengan suara adzan, yang berasal dari Masjid Almakshum, Jalan Karya, Tanjungbalai. Protes Meliana tersebut, memicu pengurus masjid mendatangi kediaman Meliana, guna mempertanyakan mengapa Meliana terganggu dengan suara adzan.
Sekretaris Forum Umat Islam (FUI) Tanjungbalai, Ustaz Luthfi Ananda Hasibuan mengatakan peristiwa tersebut menjadi puncak kemarahan warga akibat sikap warga etnis Cina yang selama ini arogan. "Mereka suka menyepelekan, suka semena-mena, jika kesenggol sedikit langsung marah dan tak segan-segan mengajak berkelahi," ujarnya saat dihubungi Suara Islam Online, Sabtu (30/7/2016).
Karena itulah, kata dia, warga sudah lama geram. "Selama ini kita sudah bersikap sabar, namun karena sudah keterlaluan dan kemarahan warga tak terbendung jadi sekarang ini puncaknya," ungkapnya.
Suasana yang panas yang mulai reda, kembali bergejolak, ketika salah seorang netizen memposting protes Meliana ke akun Facebook miliknya. Akibat provokasi tersebut, ratusan warga mendatangi rumah Meliana. Bahkan diantaranya ada yang berniat membakar kediamannya tersebut. Polisi berhasil meredam aksi tersebut, dan massa membubarkan diri. Namun, di lokasi berbeda, ratusan massa bergerak ke vihara yang berada di Jalan Juanda, yang berjarak sekira 500 meter dari Masjid Almakshum. “Di lokasi tersebut massa berusaha membakar vihara, namun berhasil diantisipasi oleh petugas. Massapun melempari vihara tersebut, menyebabkan sejumlah kerusakan”,tambah Rina. Namun, di belahan wilayah lainnya, warga yang datang berkelompok menyebar ke beberapa lokasi vihara dan membakarnya.
Melalui Laporan wartawan Antara pada Ahad pagi (30/7) menyatakan situasi yang sempat memanas karena aksi anarkis massa di Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara, kini sudah terkendali. Masa membubarkan diri sekitar pukul 04.00 WIB.
Sejumlah aparat kepolisian dan TNI diterjunkan beberapa titik kerusuhan tersebut. Hingga saat ini belum ada keterangan resmi tentang penyebab aksi anarkis yang menyebabkan bangunan Vihara dan Klenteng terbakar tersebut.
Kepolisian Daerah Sumatera Utara menyatakan mengirimkan personel bantuan untuk mengamankan Kota Tanjungbalai setelah kerusuhan berbau suku, agama, ras, dan antargolongan di wilayah itu, semenjak Jumat (29/7) malam.
Kabid Humas Polda Sumut Kombes Polisi Rina Sari Ginting di Medan, Sabtu (30/7), mengatakan bahwa personel tambahan itu berasal dari Polres Asahan sebanyak 100 personel, Polres Batubara 30 personel, dan Satuan Brimob yang bermarkas di Tebing Tinggi 75 personel.
Pengamanan situasi juga dibantu TNI dari Kodim 0208/Asahan dan Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Tanjungbalai.
Seluruh personel tambahan tersebut akan mendukung kinerja Polres Tanjungbalai untuk mengamankan situasi pascakerusuhan.
Selain mengerahkan personel bantuan, pihak kepolisian terus melakukan koordinasi dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk mengatasi kerusuhan berbau sara tersebut. Sebenarnya, Sabtu sekitar pukul 04.30 WIB konsentrasi massa yang terlibat atau sekadar menyaksikan kerusuhan itu sudah membubarkan diri.
Namun, personel di lapangan juga terus mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, termasuk menghalau kumpulan massa untuk menghindari terjadinya kerusuhan susulan.
Kapolda: Kerusuhan di Tanjung Balai Diusut Sampai Tuntas
Kapolda Sumatera Utara, Irjen Pol Raden Budi Winarso meninjau vihara, klenteng, dan gedung Yayasan Sosial Kemalangan yang dirusak massa saat terjadi kerusuhan di Kota Tanjungbalai, Sabtu. Kapolda mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan mengenai puncak masalah yang mengakibatkan terjadinya aksi arnarkis gerombolan massa terhadap fasilitas ibadah tersebut. "Semua masih dalam penyelidikan, kami belum mendapat data konkrit mengenai pemicu atau oknum yang memprovokasi terjadinya pembakaran dan perusakan," ujar Kapolda.
Menurut dia, jika terungkap dan terbukti melakukan provokasi, semua pelaku akan mendapat konsekwensi hukum sesuai peraturan dan UU yang ada. "Sabar ya, kami (Polisi) pasti mendalami dan mengusut kasus ini hingga tuntas," ujarnya di sela-sela meninjau tempat kejadian perkara. Berdasarkan catatan, rumah ibadah yang dibakar dan dirusak terdiri dari enam vihara dan kelenteng yakni, Vihara Tri Ratna, Vihara Avalokitesvera, Klenteng Dewi Ratna, Klenteng Dewi Samudera, Klenteng Tio Hai Bio di Jalan Asahan, Klenteng Lyoung Jalan Sudirman.
Sedangkan yang dirusak yakni Vihara Vimalakirty, Klenteng Hien Tien Siong, Klenteng Macho, Klenteng Lin Kioe Ing Tong Jalan A Yani, Klenteng Huat Cu Keng Jalan Juanda. Massa juga merusak dua gedung Yayasan Sosial Kemalangan dan Yayasan Putra Esa. Selain itu, enam unit mobil dibakar dan dirusak termasuk tiga sepeda motor dan satu unit becak bermotor.
Hingga saat ini, Polres Tanjungbalai telah mengamankan warga yang memprotes penggunaan pengeras suara di rumah ibadah, yang diduga sebagai pemicu kerusuhan dan tujuh remaja yang diduga terlibat penjarahan saat aksi pengrusakan berlangsung. Ketujuh remaja yang diamankan yakni FR (15), HK (18), AA (18), MAR (16), MRM (17), AJ (21) dan MIL (10). Sedangkan barang bukti yang diamankan di antaranya velg mobil, tabung gas elpiji, dan tape.
Pihak kepolisian terus melakukan penyelidikan mengenai kerusuhan itu, termasuk mendata kerusakan yang timbul bersama unsur pemerintah daerah setempat.
"Hingga Sabtu pagi, situasi di Tanjungbalai sudah kondusif. Warga diimbau tetap tenang dan tidak mudah diprovokasi," katanya.tw
references by berbagai sumber
Foto: Ulil Amri/iNews
Menurut versi kepolisian, awal kerusuhan bermula dari seorang perempuan berinisial M warga Jalan Karya Tanjung Balai Selatan menegur nazir Masjid Almakhsum untuk mengecilkan suara dari perangkat loudspeaker masjid."Menurut nazir masjid, M berulang kali menegur pengurus masjid." kata Rina Sari Ginting, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sumatera Utara, Sabtu 30 Juli 2016.
Pasca peristiwa itu, jemaah dan nazir mesjid menjumpai M di rumahnya pada Jumat malam, 29 Juli 2016, sekitar pukul 20.00 WIB. Kepala Lingkungan mengamankan M ke Kantor Lurah karena situasi yang kurang kondusif." Karena saat itu suasana agak memanas, M dan suaminya diamankan ke Polsek Tanjung Balai Selatan," kata dia.
Setibanya di Polsek, kata Rina, polisi menggelar pertemuan dengan mengundang Ketua Majelis Ulama Indonesia, Ketua Front Pembela Islam, Camat, Kepala Lingkungan dan Tokoh masyarakat." Pada saat bersamaan massa mulai banyak berkumpul, yang dipimpin pemuda dan mahasiswa. Sekitar pukul 22.30 WIB konsentrasi massa bertambah.
Keterangan yang diperoleh, Herlina, seorang ibu tiga anak itu, disebut-sebut sempat memaki seorang imam yang sedang mengumandangkan adzan salat Isa di masjid Al Maksum.
Laman facebook RRI Tanjungbalai menyebut, massa juga membakar rumah keluarga yang beralamat di Jalan Karya, Tanjungbalai tersebut.
Laman facebook RRI Tanjungbalai menyebut, massa juga membakar rumah keluarga yang beralamat di Jalan Karya, Tanjungbalai tersebut.
“Informasi sementara dari masyarakat bahwa, warga chinese tersebut membuat keributan di mesjid dan memaki imam yang sedang adzan di masjid karena tidak senang akan adanya adzan di mesjid hingga menyebabkan umat islam menjadi marah,” demikian diunggah laman media sosial facebook RRI Tanjungbalai.
Menurut Kadek, awalnya kasus ini tidak sampai meluas. Karena jama'ah masjid sudah mencoba menyelesaikannya dan memanggil pihak kepolisian. “Bahkan perempuan itu sudah dibawa ke kantor polisi. Tapi sekitar pukul 22.30 WIB, massa semakin banyak lalu merusak rumahnya,” beber Kadek.
Keterangan yang diperoleh dari Kadek Rossoneri, Ketua KNPI Kecamatan Tanjungbalai Utara, saat ini Herlina diamankan polisi di Polres Tanjungbalai.
Informasi yang diterima Kadek, sikap perempuan tersebut bukan kali ini saja. Sebelumnya, di bulan Ramadhan, dia juga berulah dengan marah-marah saat suara adzan berkumandang di masjid.
“Yang saya dengar dia tidak mengalami gangguan jiwa. Normal dan sehat. Tak tau juga alasannya kenapa sampai marah-marah dengar suara adzan,” jelasnya.
Selanjutnya massa bergerak dan merusak sejumlah tempat ibadah di Pantai Amor yaitu vihara dan 3 klenteng."Massa juga bergerak ke Jalan Sudirman dan merusak klenteng. Kemudian massa merusak balai pengobatan dan klenteng." kata Rina. "Pukul 04.30 WIB konsentrasi massa sudah mulai membubarkan diri."
Adapun lokasi kerusuhan Tanjung Balai yang lain seperti:
- Jalan KS Tubun, sejumlah barang yang ada di dalam satu Klenteng dan sebuah bangunan milik Yayasan Putra Esa di Jl Nuri dirusak.
- Jalan Imam bonjol, sejumlah barang di daam Vihara terbakar.
- Jalan WR Supratman, bangunan Yayasan Sosial Tionghoa dan tiga unit mobil dirusak.
- Jalan Ahmad Yani, sebuah pagar Vihara dirusak.
- Jalan Ade Irma, sejumlah barang di dalam klenteng berupa peralatan sembayang (dupa, gaharu, lilin, minyak) terbakar.
Kabid Humas Polda Sumut, Rina Sari Ginting mengatakan, pembakaran lima vihara tersebut diduga dari keberatan salah seorang etnis Tionghoa, Meliana (40) yang merasa terganggu dengan suara adzan, yang berasal dari Masjid Almakshum, Jalan Karya, Tanjungbalai. Protes Meliana tersebut, memicu pengurus masjid mendatangi kediaman Meliana, guna mempertanyakan mengapa Meliana terganggu dengan suara adzan.
Sekretaris Forum Umat Islam (FUI) Tanjungbalai, Ustaz Luthfi Ananda Hasibuan mengatakan peristiwa tersebut menjadi puncak kemarahan warga akibat sikap warga etnis Cina yang selama ini arogan. "Mereka suka menyepelekan, suka semena-mena, jika kesenggol sedikit langsung marah dan tak segan-segan mengajak berkelahi," ujarnya saat dihubungi Suara Islam Online, Sabtu (30/7/2016).
Karena itulah, kata dia, warga sudah lama geram. "Selama ini kita sudah bersikap sabar, namun karena sudah keterlaluan dan kemarahan warga tak terbendung jadi sekarang ini puncaknya," ungkapnya.
Suasana yang panas yang mulai reda, kembali bergejolak, ketika salah seorang netizen memposting protes Meliana ke akun Facebook miliknya. Akibat provokasi tersebut, ratusan warga mendatangi rumah Meliana. Bahkan diantaranya ada yang berniat membakar kediamannya tersebut. Polisi berhasil meredam aksi tersebut, dan massa membubarkan diri. Namun, di lokasi berbeda, ratusan massa bergerak ke vihara yang berada di Jalan Juanda, yang berjarak sekira 500 meter dari Masjid Almakshum. “Di lokasi tersebut massa berusaha membakar vihara, namun berhasil diantisipasi oleh petugas. Massapun melempari vihara tersebut, menyebabkan sejumlah kerusakan”,tambah Rina. Namun, di belahan wilayah lainnya, warga yang datang berkelompok menyebar ke beberapa lokasi vihara dan membakarnya.
Melalui Laporan wartawan Antara pada Ahad pagi (30/7) menyatakan situasi yang sempat memanas karena aksi anarkis massa di Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara, kini sudah terkendali. Masa membubarkan diri sekitar pukul 04.00 WIB.
Sejumlah aparat kepolisian dan TNI diterjunkan beberapa titik kerusuhan tersebut. Hingga saat ini belum ada keterangan resmi tentang penyebab aksi anarkis yang menyebabkan bangunan Vihara dan Klenteng terbakar tersebut.
Kepolisian Daerah Sumatera Utara menyatakan mengirimkan personel bantuan untuk mengamankan Kota Tanjungbalai setelah kerusuhan berbau suku, agama, ras, dan antargolongan di wilayah itu, semenjak Jumat (29/7) malam.
Kabid Humas Polda Sumut Kombes Polisi Rina Sari Ginting di Medan, Sabtu (30/7), mengatakan bahwa personel tambahan itu berasal dari Polres Asahan sebanyak 100 personel, Polres Batubara 30 personel, dan Satuan Brimob yang bermarkas di Tebing Tinggi 75 personel.
Pengamanan situasi juga dibantu TNI dari Kodim 0208/Asahan dan Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Tanjungbalai.
Seluruh personel tambahan tersebut akan mendukung kinerja Polres Tanjungbalai untuk mengamankan situasi pascakerusuhan.
Selain mengerahkan personel bantuan, pihak kepolisian terus melakukan koordinasi dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk mengatasi kerusuhan berbau sara tersebut. Sebenarnya, Sabtu sekitar pukul 04.30 WIB konsentrasi massa yang terlibat atau sekadar menyaksikan kerusuhan itu sudah membubarkan diri.
Namun, personel di lapangan juga terus mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, termasuk menghalau kumpulan massa untuk menghindari terjadinya kerusuhan susulan.
Kapolda: Kerusuhan di Tanjung Balai Diusut Sampai Tuntas
Kapolda Sumatera Utara, Irjen Pol Raden Budi Winarso meninjau vihara, klenteng, dan gedung Yayasan Sosial Kemalangan yang dirusak massa saat terjadi kerusuhan di Kota Tanjungbalai, Sabtu. Kapolda mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan mengenai puncak masalah yang mengakibatkan terjadinya aksi arnarkis gerombolan massa terhadap fasilitas ibadah tersebut. "Semua masih dalam penyelidikan, kami belum mendapat data konkrit mengenai pemicu atau oknum yang memprovokasi terjadinya pembakaran dan perusakan," ujar Kapolda.
Menurut dia, jika terungkap dan terbukti melakukan provokasi, semua pelaku akan mendapat konsekwensi hukum sesuai peraturan dan UU yang ada. "Sabar ya, kami (Polisi) pasti mendalami dan mengusut kasus ini hingga tuntas," ujarnya di sela-sela meninjau tempat kejadian perkara. Berdasarkan catatan, rumah ibadah yang dibakar dan dirusak terdiri dari enam vihara dan kelenteng yakni, Vihara Tri Ratna, Vihara Avalokitesvera, Klenteng Dewi Ratna, Klenteng Dewi Samudera, Klenteng Tio Hai Bio di Jalan Asahan, Klenteng Lyoung Jalan Sudirman.
Sedangkan yang dirusak yakni Vihara Vimalakirty, Klenteng Hien Tien Siong, Klenteng Macho, Klenteng Lin Kioe Ing Tong Jalan A Yani, Klenteng Huat Cu Keng Jalan Juanda. Massa juga merusak dua gedung Yayasan Sosial Kemalangan dan Yayasan Putra Esa. Selain itu, enam unit mobil dibakar dan dirusak termasuk tiga sepeda motor dan satu unit becak bermotor.
Hingga saat ini, Polres Tanjungbalai telah mengamankan warga yang memprotes penggunaan pengeras suara di rumah ibadah, yang diduga sebagai pemicu kerusuhan dan tujuh remaja yang diduga terlibat penjarahan saat aksi pengrusakan berlangsung. Ketujuh remaja yang diamankan yakni FR (15), HK (18), AA (18), MAR (16), MRM (17), AJ (21) dan MIL (10). Sedangkan barang bukti yang diamankan di antaranya velg mobil, tabung gas elpiji, dan tape.
Pihak kepolisian terus melakukan penyelidikan mengenai kerusuhan itu, termasuk mendata kerusakan yang timbul bersama unsur pemerintah daerah setempat.
"Hingga Sabtu pagi, situasi di Tanjungbalai sudah kondusif. Warga diimbau tetap tenang dan tidak mudah diprovokasi," katanya.tw
references by berbagai sumber