Minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan pada dasarnya berasal dari proses yang sama yakni di fraksinasi plant. Perbedaan mendasar antara kedua minyak ini selain dari perbedaan di tahap penyaringan. Baik itu sekali penyaringan (minyak curah) atau dua kali penyaringan (minyak kemasan) atau lebih penyaringan
Minyak goreng curah adalah minyak goreng sawit atau minyak nabati yang dijual kepada konsumen dalam kondisi tidak dikemas dan tidak memiliki label atau merek. Sementara itu, minyak goreng kemasan sederhana adalah minyak goreng sawit yang dikemas dengan kemasan lebih ekonomis.
Kemudian, minyak goreng kemasan premium adalah minyak goreng sawit yang dikemas dengan kemasan selain kemasan sederhana.
melansir Jurnal Ilmiah Farmasi, Pharmacon, perbedaan minyak goreng curah dengan minyak goreng kemasan pada dasarnya terletak pada penyaringannya. Penyaringan ini berpengaruh terhadap kualitas minyak goreng. Minyak goreng curah mengalami satu kali penyaringan, sedangkan minyak goreng kemasan mengalami dua kali penyaringan. Berdasarkan persyaratan SNI, minyak goreng curah cenderung tidak memenuhi pada satu kriteria, yaitu syarat bilangan peroksida. Angka peroksida menunjukkan tingkat kerusakkan minyak karena oksidasi.
Tingginya angka peroksida menujukkan telah terjadi kerusakan pada minyak tersebut dan minyak akan segera mengalami ketengikan serta sudah mengalami oksidasi. Minyak goreng curah cenderung terpapar oksigen dan cahaya yang lebih besar dibanding minyak kemasan.
Sebab, distribusinya yang tidak menggunakan kemasan sehingga lebih mudah terpapar. Paparan oksigen, cahaya, dan suhu tinggi merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi oksidasi. Diberitakan Kompas.com, 12 Desember 2021, Kemendag sebelumnya merencanakan larangan penjualan minyak goreng curah yang akan mulai berlaku 1 Januari 2022.
Namun, larangan itu tak jadi terlaksana. Pemerintah membatalkan larangan penjualan minyak goreng curah mulai akhir 2021 setelah melakukan pertimbangan yang panjang dan matang. Alasan dibatalkannya pelarangan penjualan minyak goreng curah adalah untuk memberikan kemudahan dan kesempatan bagi usaha mikro kecil menengah (UMKM) dalam menjalankan usahanya, khususnya kemudahan mendapatkan minyak goreng dengan harga terjangkau.
Untuk mengetahui kualitas minyak goreng ini dapat kita lihat dari berbagai segi. Pertama tinggi atau rendahnya Free Fatty Acid (FFA). Kedua, dilihat dari moisture. Dan yang ketiga dapat dilihat dari titik kabut yang selanjutnya dapat dilihat juga dari mengenai ada atau tidaknya ikatan rangkap yang terdapat didalamnya.
Setelah itu underquality control bisa dilihat dari segi melalui proses uji klinis dari BPOM untuk minyak goreng kemasan yang beredar di masyarakat sudah melalui uji klinis dan diperiksa oleh BPOM. untuk minyak goreng curah sudah dapat dipastikan tidak melalui uji klinis.
Untuk minyak goreng kemasan, sudah tentu layak uji dan layak pakai sehingga bisa dikonsumsi oleh masyarakat.
Selanjutnya yang sangat mendasar dan membedakan antara keduanya, yakni dari segi kemasannya. Apabila minyak goreng curah yang beredar di pasar tradisional atau di warung-warung dijual berdasarkan kebutuhan.
Ada yang seperempat, setengah, atau 1 liter. Dan dari segi warna yang dimiliki minyak curah apakah kuning atau lebih keruh.
Sementara minyak goreng kemasan tentu sudah memiliki kemasan tertentu, dan juga ditampilkan bahwa kualitas minyak ini sesuai dengan tabel yang ada di label tentu di minyak kemasan. Dan juga ditampilkan kandungan vitamin yang dimiliki yang terdapat di dalam minyak kemasan
Jadi kalau ada labelnya atau tidak ada, kualitas yang dimiliki oleh minyak goreng tersebut kemudian yang perbedaan yang mendasar antara minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan dilihat dari segi atau tingkat kebersihan yang dimiliki pada minyak goreng
Untuk minyak goreng kemasan pasti memiliki tingkat kebersihan yang terjamin, karena tidak ada kontaminasi atau dipindah-pindahkan ke tempat yang lainnya dan pasti diawasi dengan ketat. Dengan kualitas dan tingkat kebersihan yang sangat terjamin.
Namun untuk minyak goreng curah kita dapat melihat bahwa minyak goreng tersebut yang berasal dari truk dari pengangkutan kemudian dipindahkan ke drum setelah dipindahkan lagi ke derijen setelah dipindahkan lagi ke plastik sehingga dapat diedarkan atau dijual di masyarakat.
Tidak ada jaminan untuk minyak goreng curah berkualitas bagus karena tidak ada uji klinis. Diharapkan minyak goreng tersebut tidak diblending atau dicampur dengan minyak jelantah yang tentunya dapat berdampak buruk bagi kesehatan kita.
Minyak yang tentu memiliki kualitas yang bagus memiliki tingkat kebersihan dan memiliki uji klinis yang telah diteliti oleh BPOM.
Tentunya kita bisa memilih mana yang paling bagus, karena dari segi kesehatan sangat berdampak bagi tubuh apabila kita menggunakan atau mengonsumsi minyak goreng yang baik apabila digunakan dalam jangka waktu lama
CARA Membedakan Minyak Goreng Layak Konsumsi dan Minyak Bermutu Rendah dari Warnanya
bagaimana cara membedakan minyak goreng yang layak konsumsi dan minyak goreng tak layak pakai? Cara paling sederhana untuk menilai kualitas minyak jelantah adalah dengan mencium aroma minyak dan mengamati warnanya. Minyak yang masih jernih dan belum berubah kekentalannya adalah minyak yang masih layak pakai. Sementara itu, semakin gelap warna minyak goreng, semakin rendah pula kualitasnya.
Melalui webinar bertajuk A-Z tentang Minyak Jelantah (20/3/2021), gerakan Waste4Change dan Komunitas Jelantah4Change berbagi informasi mengenai berbagai tingkat kualitas minyak goreng.
1. Minyak Goreng Sangat Baik
Minyak goreng yang masuk dalam kategori ini adalah minyak goreng baru yang memiliki Free Fatty Acid (FFA) kurang dari 1%. Warnanya kuning pucat dan terlihat bening.
2. Minyak Goreng Baik
Berikutnya ada minyak goreng baik dengan FFA kurang dari 2%. Warnanya juga masih kuning pucat dan jernih, hanya saja tampak lebih pekat daripada minyak goreng dengan FFA kurang dari 1 persen.
3. Minyak Goreng Kurang Baik
Minyak yang bisa dikategorikan sebagai minyak goreng kurang baik memiliki FFA 3%. Warnanya cokelat muda seperti air seduhan teh dan memiliki kekentalan sedang.
4. Minyak Goreng Tidak Baik
Selanjutnya ada minyak goreng tidak baik dengan FFA lebih dari 5%. Warnanya cokelat gelap seperti air seduhan teh pekat.
5. Minyak Goreng Sangat Tidak Baik
Terakhir ada minyak goreng sangat tidak baik dengan FFA lebih dari 10%. Warnanya cokelat pekat, nyaris hitam seperti oli. Biasanya, aromanya pun lebih menyengat atau bahkan berbau tengik.
references by :
pikiran rakyat, kompas,, merdeka