Quantcast
Channel: AGUNKz scrEaMO BLOG | {Agung YuLy Diyantoro}
Viewing all articles
Browse latest Browse all 2971

Tak ada Kompensasi Apapun Akibat Peretasan, Nasabah BSI Pilih Tarik Uang dan Pindah Bank

$
0
0

Sejumlah nasabah Bank Syariah Indonesia (BSI) Tbk (BRIS) mengaku kecewa dengan layanan bank tersebut karena belum sepenuhnya pulih. Bahkan, nasabah BSI ramai-ramai ingin berpindah ke bank lain akibat erornya layanan jaringan perbankan.




Salah satu nasabah yang juga merupakan Wakil Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Mukhaer Pakkana menyatakan, setelah direksi BSI mengumumkan layanan normal, pada faktanya belum. Menurutnya, masih bersifat sporadis atau belum merata. 


Sementara salah satu petani di Aceh, yang juga merupakan Ketua Kelompok Tani Kopi Maju Makmur Mandiri di Kabupaten Bener Meriah, Sujud mengatakan layanan perbankan milik BSI sudah normal kembali.

"Tapi ada hal yang sangat di sayangkan, karena lumayan banyak nasabah BSI Aceh yang berpindah ke Bank Aceh," ujar Sujud.

Sujud menyebut, sejumlah pengepul kopi Aceh atau yang biasa disebut dengan Toke di daerahnya sudah terlanjur kecewa dengan layanan perbankan BSI, oleh karena itu para pengepul berupaya mengamankan dananya dengan berpindah ke Bank Aceh. 


"Oleh karena itu sementara kami alihkan dulu ke rekening Muamalat, karena memang ada rekening Muamalat untuk usaha kami, jadi sementara dialihkan kesana," ujar Abduh.

Di tengah ramainya kabar nasabah BSI yang pindah ke bank lain, Direktur BCA Syariah Pranata menyebut dalam satu minggu terakhir memang ada tren peningkatan jumlah nasabah yang berkunjung ke cabang-cabang BCA Syariah untuk melakukan pembukaan rekening khususnya Tahapan iB.

"Terjadi peningkatan pembukaan rekening baru dalam satu minggu terakhir sekitar 10%-15%," kata Pranata.    


 

Sistem transaksi layanan m-banking, Internet Banking dan ATM Bank Syariah Indonesia (BSI) yang sempat terganggu beberapa waktu lalu membuat nasabah naik darah. Hal ini salah satunya terekam dalam sebuah video yang viral di media sosial.

Video tersebut diunggah oleh sebuah akun TikTok @irwansherman namun sempat dihapus, dan terlihat diunggah kembali di aplikasi video Helo oleh akun bernama Ramlan Hermadi.

Dalam video tersebut, terlihat seorang nasabah pria berkemeja merah dan berjaket hitam mengamuk kepada satpam yang berjaga karena layanan transaksi yang tak kunjung normal. Kejadian tersebut diketahui berasal Kantor Cabang BSI Kendari A Silondae 2.

“Saya punya uang di sini, saya butuh belanja, saya butuh makan,” katanya dengan nada tinggi.

Dari percakapan dalam video tersebut, sang nasabah diketahui mengamuk karena uang yang ada di rekeningnya tak bisa ditarik, ia berkeluh dirinya butuh uang untuk makan dan belanja sehari-hari.

Sampai saat ini video tersebut sudah di-like lebih dari 4 ribu orang, dikomentari lebih dari seribu orang, dan dibagikan ke 155 orang. Warganet pun ramai berkomentar negatif.

 

 

 

JAWABAN PIHAK BANK BSI

 PT Bank Syariah Indonesia, Tbk. atau BSI kembali memastikan bahwa data dan dana nasabah dalam kondisi aman, sehingga nasabah dapat bertransaksi secara normal dan aman.

Hal itu dikatakan oleh Corporate Secretary BSI Gunawan A. Hartoyo sehubungan dengan isu yang berkembang mengenai adanya kebocoran data yang diakibatkan oleh serangan siber dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab, menyusul kendala yang dialami BSI pada Senin (8/5/2023) lalu.

“Dapat kami sampaikan bahwa kami memastikan data dan dana nasabah aman, serta aman dalam bertransaksi. Kami berharap nasabah tetap tenang karena kami memastikan data dan dana nasabah aman, serta aman dalam bertransaksi. Kami juga akan bekerjasama dengan otoritas terkait dengan isu kebocoran data,” kata Gunawan yang dikutip INDUSTRY.co.id, Selasa (16/5/2023).

BSI mengajak masyarakat dan para stakeholder untuk semakin sadar akan hadirnya potensi serangan siber yang dapat menimpa siapa saja. BSI pun terus meningkatkan upaya pengamanan untuk memperkuat digitalisasi dan keamanan sistem perbankan dengan prioritas utama menjaga data dan dana nasabah.

Gunawan mengakui bahwa serangan siber merupakan ancaman di era digital, seiring dengan meningkatnya penggunaan IT pada proses bisnis. Serangan siber dapat terjadi di mana-mana dan bisa menyasar ke berbagai pihak.

“Ini merupakan keniscayaan dengan semakin banyaknya penggunaan IT pada bisnis. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai pelaku bisnis untuk meningkatkan kewaspadaan dan memperbanyak kolaborasi dengan pemerintah, regulator, dan masyarakat umum, untuk mencegah kejahatan siber semakin berkembang,” ujarnya.

BSI sendiri, setelah menerima informasi tentang kemungkinan adanya serangan, dan terus melakukan pengecekan dan menindaklanjuti keseluruhan sistem, serta melakukan mitigasi jangka panjang.

“Mengenai isu serangan, BSI berharap masyarakat tidak mudah percaya atas informasi yang berkembang dan selalu melakukan pengecekan ulang atas informasi yang beredar. Dapat kami sampaikan bahwa kami memastikan data dan dana nasabah tetap aman,” katanya.

Dia mengatakan, BSI terus melakukan langkah preventif penguatan sistem keamanan teknologi informasi terhadap potensi gangguan data, dengan peningkatan proteksi dan ketahanan sistem.

Secara paralel, BSI juga melakukan investigasi internal dan terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, baik Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), serta instansi lainnya.

Di mata BSI, lanjutnya, kepentingan nasabah merupakan hal yang paling utama. Pihaknya terus memastikan agar perlindungan konsumen, dalam hal ini perlindungan terhadap data dan dana nasabah, terus terjaga.

“Gangguan yang sempat terjadi pada sistem BSI pada Senin, 8 Mei 2023, sudah diatasi secara bertahap. Kendala sudah selesai dipulihkan, dan nasabah dapat kembali melakukan transaksi keuangan dan pembayaran yang dibutuhkan. Kami juga melakukan asesmen terhadap serangan, melakukan pemulihan, audit, dan mitigasi agar gangguan serupa tidak terulang,” tuturnya.

BSI berkomitmen untuk terus memperkuat pertahanan dan keamanan siber perbankan, dan senantiasa mengimbau nasabah agar tetap waspada dan berhati-hati atas segala bentuk modus penipuan yang mengatasnamakan Bank Syariah Indonesia.

Pihaknya juga mengingatkan kepada seluruh nasabah untuk tidak memberikan PIN, OTP maupun password kepada siapapun termasuk pegawai BSI. Adapun bagi nasabah yang ingin memperoleh informasi lebih lanjut dapat menghubungi Bank Syariah Indonesia Call 14040.

“Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan yang terjadi selama proses normalisasi layanan BSI yang terjadi pekan lalu,” tutupnya.

 


LPS: Simpanan Nasabah BSI Dijamin


Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyatakan, dana simpanan nasabah BSI dijamin oleh lembaga. Hal ini sebagaimana ketentuan syarat penjaminan LPS.

Sekretaris Lembaga LPS Dimas Yuliharto menjelaskan, syarat penjaminan dana nasabah ialah, tercatat pada pembukuan bank, tidak melebih tingkat bunga penjaminan LPS (ketentuan tidak berlaku untuk nasabah bank syariah), dan tidak menyebabkan bank menjadi bank gagal atau melakukan fraud. "Untuk kasus BSI, tentunya selama simpanan yang ada di BSI memenuhi kriteria 3T maka simpanannya akan dijamin oleh LPS," ujar dia

Akan tetapi, Dimas mengingatkan, dana penjaminan LPS hanya akan diberikan peda nasabah bank yang telah dicabut izin usahanya oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Adapun dana penjaminan dilakukan hingga dana simpanan Rp 2 miliar. Sementara itu, bagi bank yang masih beroperasi secara normal, maka tanggung jawab dana nasabah sepenuhnya berada di tangan manajemen bank. LPS belum melakukan penjaminan, selama izin usaha tidak dicabut oleh OJK. "Sampai saat ini karena BSI masih beroperasi secara normal, maka tanggung jawab oprasional Bank masih menjadi tanggung jawab Bank (pengurus) dan di bawah pengawasan OJK," tutur Dimas.


OJK Belum Berikan Sanksi BSI soal Layanan Error, Ini Alasannya


Otoritas Jasa Keuangan (OJK) saat ini, terus mengawal sekaligus mengawasi terkait serangan siber yang menimpa layanan Bank Syariah Indonesia (BSI) baru-baru ini.

“Sebagai pengawas, kami melakukan fungsinya dengan ketat. Saat ini (kasus serangan BSI), kami masih terus mencermatinya,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK  Mahendra Siregar di sela-sela acara Fintech Policy Forum di Jakarta, Selasa, 16 Mei 2023.

Dari kejadian ini, lanjut Mahendra, BSI bisa mengambil pembelajaran untuk benar-benar memperhatikan perlindungan nasabah secara menyeluruh. Baik mengenai data ataupun dana nasabah yang disimpan di bank.

“Saya minta kepada bank terkait untuk memperhatikan dan perlindungan kepada nasabah dan konsumen secara menyeluruh,” tambah Mahendra.

Dia melihat, bahwa BSI saat ini telah berupaya melakukan untuk pemulihan layanan perbankannya.

“Saya berharap apa yang dilakukan cepat diatasi persoalan yang timbul sehingga berfungsi secara optimal layanan dan perlindungan nasabah,” ujarnya.

Dia juga mengaku belum mengetahui lebih detail terkait dugaan kebocoran data nasabah BSI oleh Geng Ramsomware Lockbit.

“Saya belum bisa komentar soal hal tersebut karena saya belum melihat lebih lanjut soal ini,” kata Mahendra
Sanksi untuk BSI

Apakah BSI akan mendapatkan sanksi dari OJK? Mahendra enggan berkomentar lebih jauh mengenai sanksi yang akan diberikan BSI. Pihaknya mengaku saat ini fokus mendorong BSI untuk segera proses pemulihan layanan berjalan dengan sebaik mungkin.

“Saya nggak mau bahas sanksi, yang utama saat ini adalah benar-benar mendorong pemulihan layanan perbankan,” ungkapnya.



Layanan BSI Terganggu Berhari-hari, Nasabah: Kepercayaan Kami Turun

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 Kementerian Kominfo berhak untuk menjatuhkan sanksi kepada PSE apabila PSE tidak menyelenggarakan operasional dengan baik.

Pelayanan PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk atau BSI dikeluhkan nasabahnya karena m-banking dan ATM BSI bermasalah sejak Senin, 8 Mei 2023


Gangguan layanan BSI menyebabkan kekecewaan dan menurunnya kepercayaan nasabah kepada bank tersebut. Tak cuma pada aplikasi mobile BSI, tapi juga pada semua sistem mobile banking atau M-banking. Terlebih direksi IT Bank BSI tak berani muncul ke publik dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan juga tak ada kompensasi apapun dari pihak Bank BSI akan berbagai kerugian yang ditimbulkan setelah jaringan perbanikannya lumpuh selama 7 hari. 

Hingga lebih dari seminggu tim IT Bank BSI belum memulihkan 100% berbagai layanan transaksi dan layanan di Internet Banking, Mobile Banking, SMS Banking. Nasabah merasa berbagai aktifitasnya terganggu. Sebagian Nasabah Bank BSI putuskan menarik seluruh uangnya di ATM/Teller dan membuat Rekening Baru di Bank Lain agar bisa melakukan berbagai aktifitas transaksi


Dengan adanya serangan siber, membuat perusahaan yang jadi korban makin meningkatkan keamanan sistem IT nya yang ujung-ujungnya berdampak positif pada keamanan dan kenyamanan konsumen maupun nasabah di masa mendatang


Sebagian nasabah lainnya memutuskan tetap bertahan tak pindah ke Bank Konvensional dan akan menyimpan uangnya di Bank BSI karena tak mau uangnya digunakan untuk transaksi Riba atau mendanai proyek-proyek, mensponsori, memebangun gedung atau kegiatan yang dilarang oleh Islam

nasabah Bank BSI lainnya mengaku senang jika  sebagian nasabah Bank BSI pindah ke Bank lainnya, karena kedepannya antrian di Kantor Bank BSI akan semakin pendek dan tak perlu antri lama dan panjang jika mengurus sesuatu

Mengenai dana yang mereka simpan mereka tak khawatir karena Bank BSI dijamin OJK dan jika hilang mereke bisa tuntut ke pengadilan dan akan menyimpan bukti transaksi yang mereka lakukan sekecil apapun



Viewing all articles
Browse latest Browse all 2971