Warga ramai-ramai membuat sumur bor karena merasa kesulitan air bersih saat kemarau. Akhirnya sumber air rumah mereka pun tersedot ke area lubang sumur bor dan terpaksa membeli air tiap harinya untuk memenuhi kebutuhan
Eksploitasi air tanah dengan penggunaan sumur bor di lokasi padat penduduk membuat tanah menjadi amblas, pencemaran air, dan tak ada cadangan air bagi warga sekitar dengan sumur biasa saat musim kemarau di beberapa wilayah juga relatif tinggi.
Walaupun sumur bor cukup membantu, tetapi dibalik sumur bor yang membantu terdapat sejumlah masalah besar yang menanti . Masalah yang terjadi jika eksploitasi air tanah menggunakan sumur bor banyak digunakan di setiap daerah akan berdampak pada warganya di masa yang akan datang.
Dampak buruk bagi lingkungan sudah menjadi hal yang utama dari efek samping sumur bor. Rusaknya permukaan tanah yang disebabkan sumur bor merupakan dampak pertama yang akan terjadi, karena penggunaan mesin berat pada permukaan tanah. Selain rusaknya permukaan tanah, dampak yang paling berbahaya dari penggunaan sumur bor yaitu adanya rongga di bawah tanah yang terjadi karena eksploitasi air tanah berlebih.
Rongga di bawah tanah tersebut menyebabkan tekanan tanah menjadi tidak seimbang, karena cadangan air yang berguna untuk menyeimbangkan kontur tanah sudah habis di eksploitasi secara besar-besaran, akibatnya terjadi longsor dan bergesernya batuan yang menyanggah tanah sehingga terjadi amblas. Amblasnya permukaan tanah membuat ketinggian tanah menjadi semakin rendah, jika ketinggian tanah semakin rendah, dampak yang akan terjadi yaitu seringnya banjir di tempat-tempat tertentu.
Bahkan dampak yang paling parah dari eksploitasi air tanah besar-besaran yaitu air laut yang lebih tinggi dari permukaan, karena ketinggian tanah yang terus menurun akibat tidak adanya air tanah sebagai penyeimbang. Jakarta sudah menjadi contoh dampak eksploitasi air tanah, akibatnya beberapa daerah di Jakarta “tenggelam” oleh air laut yang lebih tinggi dari tanah, selain itu minimnya daerah resapan air juga mempercepat “tenggelamnya” Jakarta.
Walaupun sumur bor cukup membantu bagi warga yang tidak memiliki fasilitas air bersih pribadi, tetapi dibalik sumur bor yang membantu terdapat sejumlah masalah besar yang menanti bagi Kota Bandung. Masalah yang terjadi jika eksploitasi air tanah menggunakan sumur bor banyak digunakan di setiap daerah Kota Bandung akan berdampak pada warganya di masa yang akan datang.
Dampak buruk bagi lingkungan sudah menjadi hal yang utama dari efek samping sumur bor. Rusaknya permukaan tanah yang disebabkan sumur bor merupakan dampak pertama yang akan terjadi, karena penggunaan mesin berat pada permukaan tanah. Selain rusaknya permukaan tanah, dampak yang paling berbahaya dari penggunaan sumur bor yaitu adanya rongga di bawah tanah yang terjadi karena eksploitasi air tanah berlebih.
Rongga di bawah tanah tersebut menyebabkan tekanan tanah menjadi tidak seimbang, karena cadangan air yang berguna untuk menyeimbangkan kontur tanah sudah habis di eksploitasi secara besar-besaran, akibatnya terjadi longsor dan bergesernya batuan yang menyanggah tanah sehingga terjadi amblas. Amblasnya permukaan tanah membuat ketinggian tanah menjadi semakin rendah, jika ketinggian tanah semakin rendah, dampak yang akan terjadi yaitu seringnya banjir di tempat-tempat tertentu.
Bahkan dampak yang paling parah dari eksploitasi air tanah besar-besaran yaitu air laut yang lebih tinggi dari permukaan, karena ketinggian tanah yang terus menurun akibat tidak adanya air tanah sebagai penyeimbang. Jakarta sudah menjadi contoh dampak eksploitasi air tanah, akibatnya beberapa daerah di Jakarta “tenggelam” oleh air laut yang lebih tinggi dari tanah, selain itu minimnya daerah resapan air juga mempercepat “tenggelamnya” Jakarta.Berbagai cara bisa dilakukan untuk mendapatkan air bersih selain dari sumur bor atau air tanah.
Cara yang paling umum seperti menjaga mata air pegunungan dari eskpolitasi perusahaan air minum, menanam banyak pohon yang bisa menyimpan air saat musim hujan tiba bisa menjadi salah satu
Jika tidak segera diatasi permasalahan air bersih di Kota Bandung tidak hanya rugi secara uang, waktu, dan tenaga. Tetapi permasalahan seperti ketinggian tanah yang berubah secara drastis akan menjadi masalah besar di kemudian hari
ada beberapa kondisi juga di mana sumur bor tidak dapat mengeluarkan air dari dalam tanah, karena cadangan air tanahnya semakin menipis sehingga diperlukan pengeboran sumur yang lebih dalam lagi.
Jika hal itu, dilakukan secara terus-menerus, maka yang akan terjadi air di dalam tanah akan habis dan dampak yang lebih parah akan menyebabkan penurunan tanah karena rongga dalam tanah semakin besar akibat pengeboran.
Oleh sebab itu, pengeboran sumur bor seharusnya dilakukan secara matang dan terencana dan hanya dibuat untuk publik bukan pribadi untuk meminimalisir dampak negatif dari pengeboran air tanah.
Selain itu, sebagai manusia yang setiap hari memanfaatkan air, kita harus menggunakannya secara bijak demi memenuhi keberlangsungan dan ketersediaan air di kemudian hari.
SOLUSI YANG BISA DILAKUKAN ADALAH MENABUNG AIR SAAT MUSIM HUJAN TIBA
Biopori adalah teknologi alternatif dan sederhana untuk penyerapan air hujan, selain dengan sumur resapan.
Istilah keren untuk biopori adalah istana cacing, walaupun sebenarnya penghuni biopori bukan hanya cacing.
Selain untuk resapan air, biopori juga berguna sebagai pengolah sampah rumah tangga yang dapat diterapkan di lahan pemukiman perkotaan yg sempit. Cukup membuat lubang sedalam 2 meter dengan diameter 20-100 cm diarea saluran air dari genteng, sehingga air tidak langsung terbuang ke sungai, kali atau menggenang di jalan
Air dari talang rumah mengalir deras ke bak penyaring pertama, kemudian mengucur dengan cepat ke sebuah sumur sedalam 6 meter melalui pipa yang ditanam di tanah. Air hujan ini dengan perlahan terserap ke tanah, hanya menyisakan genangan.
Jalur air hujan lainnya adalah lewat permukaan tanah yang agak miring ke arah sumur imbuhan ini. Syaratnya permukaan tanah jangan dibeton, bisa diisi paving block berisi rumput.
Air hujan yang menyerap ke tanah lalu perlahan mengalir ke area penyaring yang dibuat mengelilingi sumur. Dilapisi kerikil, ijuk, kerikil, ijuk selang-seling. Ada beberapa pipa yang mengalirkan air hujan yang disaring alami menuju sumur.
Aliran air ini tentu jauh lebih lambat dibanding jalur pertama dari talang air karena sepenuhnya melalui pipa setelah difilter di bak. Penyaringan sangat penting agar kualitas air hujan yang disimpan ke tanah tak terkontaminasi.
Mengisi kembali air ke tanah dinilai vital karena daerah resapan air sudah jauh berkurang. Tanaman kuat atau penyerap air diganti dengan umur pendek seperti sayuran, plus penggunaan pestisida kimiawi.
Recharge well atau sumur imbuhan/resapan ini diyakini sebagai salah satu cara efektif menjawab krisis air. Jauh lebih efektif dibanding biopori. Tentu saja karena ukurannya jauh lebih besar dan lebih cepat menginjeksi air ke tanah. Prinsip biopori atau sumur resapan ini untuk mengisi air tanah kembali sehingga cadangan air tanah terjaga, agar tak serta merta terbuang ke sungai lalu ke laut. Juga mengurangi risiko banjir.
Pohon-Pohon yang Andal Menyerap dan Menyimpan Air Berguna Saat Hujan dan Kemarau
Jika daerah wilayahmu luas atau amsih tersedia area untuk menanam poohon segera lakukan penanaman pohon. karena akan berguna bagi anak cucu kita nanti
Ada beberapa jenis pohon yang sungguh andal dalam dan menyerap air dan menyimpan air. Pohon-pohon ini bisa jadi solusi untuk mencegah banjir di musim hujan dan mencegah kekeringan di musim kemarau.
Pohon bambu
Pohon bernama latin Bambuseae ini memiliki keunggulan dalam menjaga ekosistem air. Ia bisa berperan jadi sistem hidrologis sebagai pengikat tanah dan air.
Bambu memiliki kekuatan untuk mengikat tanah, terutama pada daerah-daerah lereng. Kemampuannya itu dapat meminimalkan erosi, sedimentasi, dan longsor serta banjir.
Tanaman beruas ini juga bisa jadi gudang penyimpan air dan karbon. Fungsi lainnya adalah bisa menahan kebisingan dan memiliki nilai ekonomis yang baik bagi masyarakat.
Tanaman ini telah dijadikan sebagai tanaman konservasi air dan tanah di beberapa negara, di antaranya India dan Tiongkok.
Keunggulan dalam menyerap air dan sebagai penyimpan air tanaman ini tidak perlu diragukan. Karena serumpun bambu mampu menahan air hingga 500 liter.
Pohon aren
Arenga Pinnata merupakan nama latin dari aren. Tanaman bisa tumbuh hingga mencapai ketinggian 20 meter.
Pohon ini bisa jadi penyimpan cadangan air. Bukan hanya itu, aren atau enau juga mampu memproduksi air, yakni air nira atau tuak.
Dari air yang diproduksinya itulah—terciptalah gula merah (gula aren). Pohon aren dapat tumbuh pada ketinggian 500- 800 mdpl.
Akar serabut yang dimilikinya dapat menahan erosi tanah dan mengikat air, khususnya air hujan sehingga bisa mencegah terjadinya banjir.
Pohon beringin
Dengan kemampuan tumbuh hingga 30 meter. Tanaman bernama latin Ficus benyaamia L ini biasa dijadikan sebagai tanaman peneduh di perkotaan.
Tidak hanya jadi peneduh, tanaman berdaun hijau mengkilat ini dapat pula menghilangkan racun di udara.
Fungsi lain dari beringin, bisa jadi pelindung mata air. Ia memiliki kemampuan mengendalikan penguapan dan menyimpan air dengan baik.
Pohon beringin dapat pula mencegah erosi, longsor, dan banjir karena akarnya cukup kuat untuk mencengkeram tanah dan menyerap air.
Pohon trembesi
Trembesi adalah tanaman yang banyak di tanam di pinggir jalan. Ia merupakan tanaman yang dapat tumbuh besar. Tingginya bisa mencapai 20 meter lebih.
Karena sering meneteskan air dari cabangnya, maka pohon bernama latin Samanea saman biasa disebut Ki Hujan.
Air yang diteteskan dari cabang-cabangnya itu bukan karena kebetulan. Itu disebabkan oleh kemampuan pohon ini menyerap air yang baik.
Usianya yang bisa mencapai puluhan tahun, menjadikan pohon ini solusi bijak sebagai pencegah banjir dan penyimpan air alami.
Pohon randu
Pohon randu dikenal pula dengan nama kapuk randu. Ia berasal dari daratan, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Karibia.
Batangnya cukup besar dan bisa tumbuh hingga ketinggian 30 meter. Tanaman ini memiliki keunggulan dalam hal mencegah erosi, khususnya di daerah lereng gunung.
Selain itu, juga mampu menyimpan cadangan air. Pohon ini cocok ditanam sebagai tanaman konservasi dan rehabilitasi.
Kepuh
Pohon kepuh adalah pohon sejuta manfaat, mulai dari kulit hingga bijinya. Pohonnya bernama latin Sterculia foetida L ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 30 hingga 40 meter.
Pohon ini memiliki manfaat luar biasa sebagai penahan air. Bagian atas hingga akarnya yang berukuran besar berfungsi mengatur siklus hidrologi.
Ia mampu menahan air tanah dalam kapasitas yang terbilang besar, sehingga bisa dijadikan sebagai pohon pencegah banjir dan penyimpan air.
Pohon gayam
Pohon bernama latin Sterculia foetida L ini bisa tumbuh hingga 20 meter. Ia bisa jadi peneduh pekerangan rumah karena berdaun lebat dan berbunga yang harum.
Gayam sendiri bisa jadi simbol rasa tenang dan tenteram. Apalagi pohon ini digunakan sebagai pohon penahan air.
Air terkesan jinak kepadanya, tidak heran jika dengan mudah air di sekitar pohon ini. Ia dapat mendekatkan air ke permukaan, dan juga menyimpan cadangan air.
Pohon bendo
Tanaman bendo atau benda ini bernama latin Artocarpus elasticus. Pohon ini masih berkerabat dengan pohon cempedak, nangka, dan sukun.
Ia banyak tumbuh di dataran rendah—bisa tumbuh tinggi menjulang mencapai 65 meter. Akarnya dapat mencengkeram tanah dengan baik. Jadi, bisa diandalkan untuk dan longsoran.
Akarnya juga mampu menyerap air dari lapisan tanah yang terdalam. Karakteristiknya membuatnya bisa dijadikan tanaman konservasi air. Ia penting untuk alam.