Xiaomi baru-baru ini meluncurkan HyperOS yang menggantikan peran MiUI. Sistem operasi tersebut memang masih bergantung pada Android milik Google.
Kendati demikian, HyperOS bisa dibilang sudah lebih mandiri. Sistem operasi ini merupakan bentuk 'fusion' dari Android dan platform Internet of Things (IoT) milik Xiaomi yang dinamai Vela.
Dengan HyperOS, pengguna bisa menikmati pengalaman yang lebih mulus dan menyatu saat menggunakan smartphone, smartwatch, dan smart TV. Inisiatif ini bertujuan menyederhanakan kehidupan pengguna saat menjajal berbagai produk Xiaomi.
HyperOS sejauh ini belum 'membangkang' ke Android, tetapi masih menjalin hubungan simbiotik, dikutip dari Gizmochina, Rabu (1/11/2023).
Namun, tak menutup kemungkinan ke depannya Xiaomi makin ambisius untuk menjadi mandiri, mengikuti langkah Huawei.
Apalagi, hubungan geopolitik China dan AS yang memanas berimbas besar pada industri teknologi. Pemerintahan Joe Biden baru-baru ini membuat aturan pemblokiran total untuk akses chip AS ke China.
HarmonyOS milik Huawei sudah benar-benar mandiri dan lepas dari ekosistem Google, setelah Huawei dikenai sanksi keras oleh Amerika Serikat (AS).
Meski mengalami jalan terjal untuk mempromosikan HarmonyOS tanpa dukungan Android, Huawei bangkit setelah merilis Mate 60 Pro yang laris manis di pasaran. Saat ini, lebih dari 700 juta perangkat sudah berjalan dengan HarmonyOS.
Tak mudah memang mengalahkan dominasi Android. Saat ini, pangsa pasar sistem operasi mobile masih dikuasai Android sebesar 70%. Bahkan, iOS milik Apple masih mengambil porsi yang sangat kecil.
Xiaomi pelan-pelan unjuk gigi dengan HyperOS, sembari masih mengoptimalkan dukungan Android. Sementara itu, Huawei punya fokus yang jelas untuk memperluas adopsi HarmonyOS.