Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengingatkan masyarakat Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalteng, untuk mewaspadai hujan deras disertai puting beliung yang berpotensi terjadi hingga sebulan ke depan terkait puncak musim hujan di daerah itu.
"Kami meminta masyarakat waspada saat cuaca buruk. Puncak hujan diperkirakan pada akhir Maret hingga awal April," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit Nur Setiawan di Sampit, Selasa (21/2/2017)..
Sepekan terakhir, hujan deras mengguyur hampir merata di Kotawaringin Timur, khususnya Sampit. Pada Selasa pagi, BMKG mencatat hujan deras disertai guntur terjadi sejak pukul 07.00 WIB dan diperkirakan berlangsung hingga pukul 09.00 WIB. BMKG secara rutin merilis perkembangan prediksi cuaca, terlebih saat munculnya potensi cuaca buruk seperti hujan deras disertai angin kencang dan petir.
Informasi peringatan dini itu terus diperbarui agar masyarakat bisa lebih waspada dan mengantisipasi dari berbagai kejadian buruk. Nur Setiawan menyebutkan, berdasarkan informasi dari BMKG pusat, sebagian besar wilayah Indonesia masih berada dalam puncak musim hujan sehingga peningkatan intensitas curah hujan masih terjadi.
Dengan potensi curah hujan tinggi pada periode Februari ini, katanya, potensi hujan lebat harian dapat meningkatkan peluang terjadinya bencana hidrometeorologi. Meskipun demikian, katanya, frekuensi hujan yang cenderung meningkat lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lokal, sedangkan secara umum sejak Januari tidak terdapat fenomena cuaca global yang signifikan seperti Indian Ocean Dipole (IOD), seruakan dingin, maupun gelombang tropis yang hampir seluruhnya dalam kondisi netral.
Ia mengatakan pada periode kali ini, perlu memerhatikan perkembangan dinamika cuaca lokal dan regional. BMKG memperkirakan potensi hujan akan meningkat dalam beberapa hari ke depan, khususnya di wilayah pantai barat Sumatra, Sumatra bagian utara, Sumatra bagian selatan, Bengkulu, Riau, Lampung, Banten, Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi bagian tengah, Sulawesi bagian selatan, dan sebagian besar Papua.
"Prediksi cuaca dari BMKG pusat itu mencakup keseluruhan, termasuk kita di Kabupaten Kotawaringin Timur. Dengan melihat kondisi ini, kami meminta masyarakat waspada terhadap cuaca buruk," kata Nur Setiawan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika melansir bahwa kecepatan angin di Jawa barat masih dalam kondisi normal, yaitu 5-20 kilometer per jam. Meskipun begitu, masyarakat diimbau agar mewaspadai kemungkinan terjadinya angin puting beliung, mengingat puncak musim hujan diprediksi masih akan berlangsung hingga Maret 2017.
"Puncak musim hujan itu ialah jumlah curah hujan tertinggi dalam setahun. Di Jabar biasanya terjadi pada waktu yang bervariasi, antara Januari hingga Maret," kata Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung Tony Agus Wijaya saat dihubungi, Selasa 14 Februari 2017.
Menurut dia, pada saat musim hujan kemungkinan puting beliung terjadi akan lebih besar, karena awan cumulonimbus atau awan hitam bergumpal merupakan syarat bagi puting beliung. Selain itu, puting beliung juga dipicu oleh perbedaan suhu permukaan di suatu tempat dengan daerah sekitarnya.
"Oleh karena itu, daerah yang memiliki jenis penggunaan lahan yang berbeda dengan sekitarnya, seperti perumahan di tengah persawahan atau sebaliknya, lebih rawan puting beliung. Daerah rawan puting beliung lainnya ialah di perbatasan daerah perkotaan dan pedesaan, selain daerah yang sebelumnya pernah terjadi puting beliung," tuturnya.
Tony menjelaskan, puting beliung biasa terjadi dalam waktu yang singkat, yaitu kurang dari satu jam. Wilayah terdampak puting beliung pun biasanya tidak begitu luas, yakni sekitar dua kilometer persegi. Kendati demikian, pengaruh cuaca memang tidak bisa dipastikan.
"Puting beliung terjadi karena terdapat jenias awan cumulonimbus atau awah berwarna hitam yang bergumpal, dan terdapat perbedaan suhu permukaan, sehingga angin terkumpul di tempat yang memiliki suhu permukaan lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya. Di tempat tersebut, umumnya puting beliung terjadi pada pagi hari cerah," katanya.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat, puting beliung termasuk salah satu kejadian bencana alam yang paling sering terjadi di Bandung Barat, setelah bencana longsor. Pada tahun lalu, BPBD Bandung Barat mencatat ada 143 longsor, 60 kebakaran, 15 puting beliung, 6 banjir bandang, dan 6 pergerakan tanah.
Selain merusak lingkungan dan mengakibatkan 4 orang tewas dan 11 orang cacat, seluruh bencana yang terjadi pada 2016 itu pun menimbulkan 198 rumah mengalami rusak berat, 61 rumah rusak sedang, dan 172 rumah rusak ringan.
Walaupun puting beliung jadi salah satu bencana yang rawan di Bandung Barat, BPBD belum memiliki peta daerah rawan puting beliung. "Kalau pemetaan daerah yang khusus rawan puting beliung sekarang ini belum ada, paling yang ada itu peta daerah rawan bencana secara global. Namun, ke depan memang diperlukan kajian mengenai peta rawan bencana yang bersifat spesifik," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Bandung Barat,
BPBD Lebak Minta Warga Waspadai Longsor
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, Banten, meminta warga mewaspadai longsor menyusul curah hujan yang cenderung meningkat di daerh itu.
"Peringatan waspada longsor untuk mengurangi risiko kebencanaan agar tidak menimbulkan korban jiwa," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Lebak Kaprawi di Rangkasbitung, Senin.
Selama ini BPBD Kabupaten Lebak memetakan sebanyak 16 kecamatan masuk kategori rawan pergerakan tanah karena lokasinya perbukitan dan pegunungan dan daerah aliran sungai (DAS).
Dari 16 kecamatan itu, adalah Lebak Gedong, Cibeber, Cipanas, Muncang, Cirinten, Gunungkencana, dan Sobang.
Begitu juga Kecamatan Cilograng, Bayah, Muncang, Cibadak, Bojongmanik, Cimarga, Rangkasbitung, Leuwidamar, dan Cihara.
Sebab, di daerah itu kerap kali terjadi pergerakan tanah karena belum lama ini di Kecamatan Banjarsari dan Gunungkencana.
Akibat pergerakan tanah itu dipastikan puluhan rumah warga mengalami kerusakan berat.
"Kami berharap warga yang tinggal di daerah rawan bencana alam itu dapat meningkatkan waspada saat hujan berlangsung," katanya.
Kaprawi menjelaskan bahwa Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Serang memperkirakan puncak hujan berlangsung sampai Maret 2017.
Biasanya, puncak musim hujan itu, selain berpotensi longsor, juga angin kencang.
Saat ini, wilayah Kabupaten Lebak merupakan langganan longsor karena selain terdapat DAS juga topografi perbukitan dan pegunungan.
"Kami saat ini tetap berkoordinasi dengan TNI, Polri, PMI, Dinkes, kecamatan, dan desa untuk mengatasi longsor itu," katanya.
Sementara itu, sukarelawan tangguh Kecamatan Sobang Kabupaten Lebak Ujang mengatakan bahwa pihaknya mempersiapkan tim evakuasi guna membantu warga yang tertimpa musibah, baik banjir maupun tanah longsor.
Tim evakuasi itu agar tidak menimbulkan korban banyak akibat bencana alam.
"Kami sudah siap melayani masyarakat saat terjadi bencana alam," katanya.
Di Jateng, Musim Pancaroba Diperkirakan Mulai April
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah, memperkirakan, musim penghujan akan berakhir sampai Maret 2017. Saat ini intensitas curah hujan sudah mulai menurun. Kemudian musim pancaroba akan mulai berlangsung pada April mendatang.
Koordinator BMKG Jateng Tuban Wiyoso, mengatakan, musim penghujan awal tahun ini puncaknya memang Januari sampai Februari. Saat ini, intensitas hujan dan angin kencang sudah mulai menurun. Namun cuaca ekstrim akan masih terjadi lagi saat pancaroba.
"Memang sekarang angin kencang dan hujan mulai menurun, namun April mulai pancaroba dari musim hujan ke kemarau, jadi cuaca ekstrim berupa hujan lebat dan angin kecang masih terjadi," katanya, Selasa (21/2/2017).
Ia menjelaskan, untuk wilayah yang lebih awal terjadi kemarau adalah di daerah pantai utara (pantura), sedangkan untuk daerah pegunungan di saat yang sama curah hujan masih tetap akan terhitung tinggi.
"Untuk awal kemarau dimulai Mei sampai Juni untuk pantura. Sementara bulan Juni itu juga, mulai masuk daerah Jawa Tengah bagian tengah atau pegunungan," katanya.
Menghadapi masa pancaroba yang masih ada ancamana cuaca ekstrim, Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, Sarwa Pramana mengatakan, untuk beberapa daerah dari pengamatan cuaca ekstrim beberapa waktu lalu di Pati dan Solo masyarakat sudah siap.
"Untuk Jateng secara keseluruhan, sebagian sudah dieedukasi mitigasi bencana, tapi capaian (edukasi) baru 40 persen. Tapi peta risiko bencana sudah kita buat, jalur evakuasi sudah kita buat," katanya.
references by okezone, pikiranrakyat, beritasatu,
"Kami meminta masyarakat waspada saat cuaca buruk. Puncak hujan diperkirakan pada akhir Maret hingga awal April," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit Nur Setiawan di Sampit, Selasa (21/2/2017)..
Sepekan terakhir, hujan deras mengguyur hampir merata di Kotawaringin Timur, khususnya Sampit. Pada Selasa pagi, BMKG mencatat hujan deras disertai guntur terjadi sejak pukul 07.00 WIB dan diperkirakan berlangsung hingga pukul 09.00 WIB. BMKG secara rutin merilis perkembangan prediksi cuaca, terlebih saat munculnya potensi cuaca buruk seperti hujan deras disertai angin kencang dan petir.
Informasi peringatan dini itu terus diperbarui agar masyarakat bisa lebih waspada dan mengantisipasi dari berbagai kejadian buruk. Nur Setiawan menyebutkan, berdasarkan informasi dari BMKG pusat, sebagian besar wilayah Indonesia masih berada dalam puncak musim hujan sehingga peningkatan intensitas curah hujan masih terjadi.
Dengan potensi curah hujan tinggi pada periode Februari ini, katanya, potensi hujan lebat harian dapat meningkatkan peluang terjadinya bencana hidrometeorologi. Meskipun demikian, katanya, frekuensi hujan yang cenderung meningkat lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lokal, sedangkan secara umum sejak Januari tidak terdapat fenomena cuaca global yang signifikan seperti Indian Ocean Dipole (IOD), seruakan dingin, maupun gelombang tropis yang hampir seluruhnya dalam kondisi netral.
Ia mengatakan pada periode kali ini, perlu memerhatikan perkembangan dinamika cuaca lokal dan regional. BMKG memperkirakan potensi hujan akan meningkat dalam beberapa hari ke depan, khususnya di wilayah pantai barat Sumatra, Sumatra bagian utara, Sumatra bagian selatan, Bengkulu, Riau, Lampung, Banten, Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi bagian tengah, Sulawesi bagian selatan, dan sebagian besar Papua.
"Prediksi cuaca dari BMKG pusat itu mencakup keseluruhan, termasuk kita di Kabupaten Kotawaringin Timur. Dengan melihat kondisi ini, kami meminta masyarakat waspada terhadap cuaca buruk," kata Nur Setiawan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika melansir bahwa kecepatan angin di Jawa barat masih dalam kondisi normal, yaitu 5-20 kilometer per jam. Meskipun begitu, masyarakat diimbau agar mewaspadai kemungkinan terjadinya angin puting beliung, mengingat puncak musim hujan diprediksi masih akan berlangsung hingga Maret 2017.
"Puncak musim hujan itu ialah jumlah curah hujan tertinggi dalam setahun. Di Jabar biasanya terjadi pada waktu yang bervariasi, antara Januari hingga Maret," kata Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung Tony Agus Wijaya saat dihubungi, Selasa 14 Februari 2017.
Menurut dia, pada saat musim hujan kemungkinan puting beliung terjadi akan lebih besar, karena awan cumulonimbus atau awan hitam bergumpal merupakan syarat bagi puting beliung. Selain itu, puting beliung juga dipicu oleh perbedaan suhu permukaan di suatu tempat dengan daerah sekitarnya.
"Oleh karena itu, daerah yang memiliki jenis penggunaan lahan yang berbeda dengan sekitarnya, seperti perumahan di tengah persawahan atau sebaliknya, lebih rawan puting beliung. Daerah rawan puting beliung lainnya ialah di perbatasan daerah perkotaan dan pedesaan, selain daerah yang sebelumnya pernah terjadi puting beliung," tuturnya.
Tony menjelaskan, puting beliung biasa terjadi dalam waktu yang singkat, yaitu kurang dari satu jam. Wilayah terdampak puting beliung pun biasanya tidak begitu luas, yakni sekitar dua kilometer persegi. Kendati demikian, pengaruh cuaca memang tidak bisa dipastikan.
"Puting beliung terjadi karena terdapat jenias awan cumulonimbus atau awah berwarna hitam yang bergumpal, dan terdapat perbedaan suhu permukaan, sehingga angin terkumpul di tempat yang memiliki suhu permukaan lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya. Di tempat tersebut, umumnya puting beliung terjadi pada pagi hari cerah," katanya.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat, puting beliung termasuk salah satu kejadian bencana alam yang paling sering terjadi di Bandung Barat, setelah bencana longsor. Pada tahun lalu, BPBD Bandung Barat mencatat ada 143 longsor, 60 kebakaran, 15 puting beliung, 6 banjir bandang, dan 6 pergerakan tanah.
Selain merusak lingkungan dan mengakibatkan 4 orang tewas dan 11 orang cacat, seluruh bencana yang terjadi pada 2016 itu pun menimbulkan 198 rumah mengalami rusak berat, 61 rumah rusak sedang, dan 172 rumah rusak ringan.
Walaupun puting beliung jadi salah satu bencana yang rawan di Bandung Barat, BPBD belum memiliki peta daerah rawan puting beliung. "Kalau pemetaan daerah yang khusus rawan puting beliung sekarang ini belum ada, paling yang ada itu peta daerah rawan bencana secara global. Namun, ke depan memang diperlukan kajian mengenai peta rawan bencana yang bersifat spesifik," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Bandung Barat,
BPBD Lebak Minta Warga Waspadai Longsor
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, Banten, meminta warga mewaspadai longsor menyusul curah hujan yang cenderung meningkat di daerh itu.
"Peringatan waspada longsor untuk mengurangi risiko kebencanaan agar tidak menimbulkan korban jiwa," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Lebak Kaprawi di Rangkasbitung, Senin.
Selama ini BPBD Kabupaten Lebak memetakan sebanyak 16 kecamatan masuk kategori rawan pergerakan tanah karena lokasinya perbukitan dan pegunungan dan daerah aliran sungai (DAS).
Dari 16 kecamatan itu, adalah Lebak Gedong, Cibeber, Cipanas, Muncang, Cirinten, Gunungkencana, dan Sobang.
Begitu juga Kecamatan Cilograng, Bayah, Muncang, Cibadak, Bojongmanik, Cimarga, Rangkasbitung, Leuwidamar, dan Cihara.
Sebab, di daerah itu kerap kali terjadi pergerakan tanah karena belum lama ini di Kecamatan Banjarsari dan Gunungkencana.
Akibat pergerakan tanah itu dipastikan puluhan rumah warga mengalami kerusakan berat.
"Kami berharap warga yang tinggal di daerah rawan bencana alam itu dapat meningkatkan waspada saat hujan berlangsung," katanya.
Kaprawi menjelaskan bahwa Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Serang memperkirakan puncak hujan berlangsung sampai Maret 2017.
Biasanya, puncak musim hujan itu, selain berpotensi longsor, juga angin kencang.
Saat ini, wilayah Kabupaten Lebak merupakan langganan longsor karena selain terdapat DAS juga topografi perbukitan dan pegunungan.
"Kami saat ini tetap berkoordinasi dengan TNI, Polri, PMI, Dinkes, kecamatan, dan desa untuk mengatasi longsor itu," katanya.
Sementara itu, sukarelawan tangguh Kecamatan Sobang Kabupaten Lebak Ujang mengatakan bahwa pihaknya mempersiapkan tim evakuasi guna membantu warga yang tertimpa musibah, baik banjir maupun tanah longsor.
Tim evakuasi itu agar tidak menimbulkan korban banyak akibat bencana alam.
"Kami sudah siap melayani masyarakat saat terjadi bencana alam," katanya.
Di Jateng, Musim Pancaroba Diperkirakan Mulai April
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah, memperkirakan, musim penghujan akan berakhir sampai Maret 2017. Saat ini intensitas curah hujan sudah mulai menurun. Kemudian musim pancaroba akan mulai berlangsung pada April mendatang.
Koordinator BMKG Jateng Tuban Wiyoso, mengatakan, musim penghujan awal tahun ini puncaknya memang Januari sampai Februari. Saat ini, intensitas hujan dan angin kencang sudah mulai menurun. Namun cuaca ekstrim akan masih terjadi lagi saat pancaroba.
"Memang sekarang angin kencang dan hujan mulai menurun, namun April mulai pancaroba dari musim hujan ke kemarau, jadi cuaca ekstrim berupa hujan lebat dan angin kecang masih terjadi," katanya, Selasa (21/2/2017).
Ia menjelaskan, untuk wilayah yang lebih awal terjadi kemarau adalah di daerah pantai utara (pantura), sedangkan untuk daerah pegunungan di saat yang sama curah hujan masih tetap akan terhitung tinggi.
"Untuk awal kemarau dimulai Mei sampai Juni untuk pantura. Sementara bulan Juni itu juga, mulai masuk daerah Jawa Tengah bagian tengah atau pegunungan," katanya.
Menghadapi masa pancaroba yang masih ada ancamana cuaca ekstrim, Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, Sarwa Pramana mengatakan, untuk beberapa daerah dari pengamatan cuaca ekstrim beberapa waktu lalu di Pati dan Solo masyarakat sudah siap.
"Untuk Jateng secara keseluruhan, sebagian sudah dieedukasi mitigasi bencana, tapi capaian (edukasi) baru 40 persen. Tapi peta risiko bencana sudah kita buat, jalur evakuasi sudah kita buat," katanya.
references by okezone, pikiranrakyat, beritasatu,