Ketua Umum Himpunan Pengusaha Korps Alumni HMI (HIPKA) Kamrussamad mengimbau masyarakat Indonesia harus mewaspadai potensi keterpurukan ekonomi saat pemilihan kepala daerah serentak 2018.
"Jika tidak terkendali, akan berdampak pada investor hengkang," kata Kamrussamad di Jakarta, Sabtu (16/12).
Kamrussamad menuturkan bahwa pelaku usaha akan menghadapi tantangan saat pelaksanaan pilkada pada tahun 2018 sehingga membutuhkan kejelian untuk meningkatkan sektor perekonomian.
Kamrussamad menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2017 mencapai 5 persen yang memprioritaskan kebijakan pembangunan infrastruktur. Namun, belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara maksimal.
Salah satu indikatornya berdasarkan Badan Statistika Nasional (BPS), menurut Kamrussamad, tingkat kemiskinan data per Maret 2017 mencapai 27.771.220 orang tersebar 10.670.000 orang di perkotaan dan 17.101.220 orang di perdesaan.
Penyebab kemiskinan meningkat lantaran jumlah pengangguran semakin tinggi dengan angkatan kerja Indonesia mencapai 131 juta orang, sedangkan tingkat penyerapan 124 juta orang.
Faktor penyebab lainnya adalah ketimpangan ekonomi indeks rasio secara nasional pada tahun 2017 sebesar 0,40 sampai dengan 0.41 dan rasio daerah mencapai 0,33 s.d. 0,41.
Kamrussamad menuturkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia memunculkan optimisme berdasarkan proyeksi Bank Dunia pada tahun 2018 dengan prediksi pertumbuhan mencapai 5,1 persen dari sektor konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor.
Selain pertumbuhan ekonomi, statistik perbankan Indonesia mencatat nilai kredit pembiayaan masih cukup tinggi, yakni Rp26,87 triliun.
Kemiskinan ini meningkat karena diakibatkan oleh dua hal yaitu angka pengangguran semakin meningkat, tercatat angkatan kerja indonesia 131 juta sedangkan terserap 124 juta orang dan juga jika dibandingkan pertumbuhan angkatan kerja 3 juta per tahun sementara daya serap 150.000 orang per tahun.
Faktor kedua yang berpotensi meningkatkan kemiskinan adalah ketimpangan ekonomi indeks rasio gini 2017 secara nasional sebesar 0.40-0.41 sedangkan rasio gini utk daerah sebesar 0.33-0.41.
Angin segar pada 2018 sejatinya masih berhembus.
Optimisme pertumbuhan ekonomi Indonesia juga terlihat dari proyeksi Bank Dunia. Tahun 2018, Bank Dunia memproyeksikan ekonomi Indonesia dapat tumbuh 5,3%.
Angka itu lebih tinggi dari proyeksi 2017 yang sebesar 5,1%. Proyeksi tersebut ditopang oleh membaiknya konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor.
Selain pertumbuhan ekonomi yang masih optimistis, statistik perbankan Indonesia juga mencatat nilai kredit pembiayaan masih cukup tinggi, yakni Rp 26,87 triliun.
Kondisi ini mampu mendorong dunia usaha kembali menggeliat.
“Di sisi lain, butuh sumber daya manusia yang berkualitas dalam mengantisipasi perubahan dunia yang cepat di era digitalisasi saat ini,” ujar Kamrussamad, yang juga pengurus Himpunan Pengusaha KAHMI (HIPKA)
references by medanbisnisdaily, tribunnews,
photos by pojoksatu
Kamrussamad menuturkan bahwa pelaku usaha akan menghadapi tantangan saat pelaksanaan pilkada pada tahun 2018 sehingga membutuhkan kejelian untuk meningkatkan sektor perekonomian.
Kamrussamad menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2017 mencapai 5 persen yang memprioritaskan kebijakan pembangunan infrastruktur. Namun, belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara maksimal.
Salah satu indikatornya berdasarkan Badan Statistika Nasional (BPS), menurut Kamrussamad, tingkat kemiskinan data per Maret 2017 mencapai 27.771.220 orang tersebar 10.670.000 orang di perkotaan dan 17.101.220 orang di perdesaan.
Penyebab kemiskinan meningkat lantaran jumlah pengangguran semakin tinggi dengan angkatan kerja Indonesia mencapai 131 juta orang, sedangkan tingkat penyerapan 124 juta orang.
Faktor penyebab lainnya adalah ketimpangan ekonomi indeks rasio secara nasional pada tahun 2017 sebesar 0,40 sampai dengan 0.41 dan rasio daerah mencapai 0,33 s.d. 0,41.
Kamrussamad menuturkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia memunculkan optimisme berdasarkan proyeksi Bank Dunia pada tahun 2018 dengan prediksi pertumbuhan mencapai 5,1 persen dari sektor konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor.
Selain pertumbuhan ekonomi, statistik perbankan Indonesia mencatat nilai kredit pembiayaan masih cukup tinggi, yakni Rp26,87 triliun.
Kemiskinan ini meningkat karena diakibatkan oleh dua hal yaitu angka pengangguran semakin meningkat, tercatat angkatan kerja indonesia 131 juta sedangkan terserap 124 juta orang dan juga jika dibandingkan pertumbuhan angkatan kerja 3 juta per tahun sementara daya serap 150.000 orang per tahun.
Faktor kedua yang berpotensi meningkatkan kemiskinan adalah ketimpangan ekonomi indeks rasio gini 2017 secara nasional sebesar 0.40-0.41 sedangkan rasio gini utk daerah sebesar 0.33-0.41.
Angin segar pada 2018 sejatinya masih berhembus.
Optimisme pertumbuhan ekonomi Indonesia juga terlihat dari proyeksi Bank Dunia. Tahun 2018, Bank Dunia memproyeksikan ekonomi Indonesia dapat tumbuh 5,3%.
Angka itu lebih tinggi dari proyeksi 2017 yang sebesar 5,1%. Proyeksi tersebut ditopang oleh membaiknya konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor.
Selain pertumbuhan ekonomi yang masih optimistis, statistik perbankan Indonesia juga mencatat nilai kredit pembiayaan masih cukup tinggi, yakni Rp 26,87 triliun.
Kondisi ini mampu mendorong dunia usaha kembali menggeliat.
“Di sisi lain, butuh sumber daya manusia yang berkualitas dalam mengantisipasi perubahan dunia yang cepat di era digitalisasi saat ini,” ujar Kamrussamad, yang juga pengurus Himpunan Pengusaha KAHMI (HIPKA)
references by medanbisnisdaily, tribunnews,
photos by pojoksatu